The Nat Geo tim n Tarsier...

Beberapa waktu lalu untuk kesekian kalinya kedatangan kembali tim dari peneliti geopark yang secara informal datang tuk pengen denger story tentang Tarsius Belitung, karena memang saya tidak termasuk di dalam tim geopark itu sendiri. Kedatangan mereka tuk memperdalam scientific story, mitos maupun keterlibatan para pihak mana aja yang kemudian mengangkat nama tarsius belitung ini hingga mendunia. Karena mereka bilang tarsius sangat kuat tuk menjadi salah satu iconic story dalam promoting Geopark Belitung karena secara scientific storynya sangat kuat dan dipercaya sebagai primata purba yang bisa survive hingga saat ini.
Ditemani secangkir kopi kingkong dan pisang goreng, kamipun berdiskusi santai dan saya ceritakan betapa uniiknya tarsius belitung dan betapa banyak nama besar lembaga konservasi dunia yang terlibat seperti IUCN, GEF Sgp Indonesia, National Geographic, UNEP, UNDP, BBC, n lainnya serta roadshow berkeliling beberapa benua tuk membawa isu Tarsius Belitung ke dunia. N pertanyaan mereka kenapa harus tarsius n kenapa mesti sebegitu effortnya...sebegitu berhargakah tarsius sehingga harus diperjuangkan sedemikian rupa???
Tarsius dulunya saya bilang ya bukan apa apa. Ia hanya monyet hantu bahkan dianggap pembawa sial sehingga kalau ketemu alamat akan dapat kesialan dan tuk lepas dari kesialan tersebut ada istilah "buang pelor", artinya ditembak tapi bukan buat diambil. yang penting lepas dari kesialan tersebut...Butuh upaya panjang sekitar 3 tahunan bagi kami pada waktu itu untuk meneliti fenomena tersebut yang kami beri judul "fase Pemecahan Mitos" + merubah anggapan tersebut dan menjadikan masyarakat bangga dengan adanya tarsius.
Next chapter saya akan ceritakan storynya..
Back again, mengapa tarsius yang dipilih, saya bilang tarsius adalah salah satu isu yang menjadi startegi dan mungkin kasarnya "diperalat" untuk bagaimana membawa isu lingkungan belitung (kerusakan akibat tambang, hilangnya hutan berganti sawit, karet, kebun dalam luasan yang besar, illegal logging maupun hancurnya sungai sungai yang ada). Karena ratusan tahun timah ada isu kerusakan lingkungan, pelanggaran ham anak, perempuan tak pernah terangkat, begitu juga dampak global warming n climate change yang di pulau kecil begini dimana pencetusnya juga adalah perubahan iklim mikro belitung dengan bergantinya heterogen hutan menjadi monokultur serta rusaknya sungai sungai belitung.
Sederhananya dengan ditemukannya Tarsius Belitung, si primata purba terkecil dunia yang fossil tertuanya ditemukan berusia 55 juta tahun yang lalu, bukti hidup yang sempat menggoyang teori Lempeng Wallacea, bisa menjadi jembatan untuk bagaimana memperjuangkan penyelamatan hutan, sungai yang tentunya akan berdampak besar juga dengan peningkatan kualitas hidup kita..manusia.
Tarsius Belitung baru masuk dan diakui secara resmi oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) pada 6 October 2008, dengan status konservasinya kategori Endangered artinya (Terancam Punah). Sempat beberapa tahun sebelumnya status konservasi tarsius masih ter-pending dengan dengan status "Data Deficient alias Datanya Kurang Banget"...karena memang tak banyak yang melakukan penelitian maupun upaya konservasi terhadap tarsius, khususnya di Belitung. Penetapan status tersebut didasarkan pada luas wilayah habitat tarsius yang hanya 4800 km2 dengan tingginya fragmentasi habitat akibat deforestasi (IUCN 2015), dan ini mengindikasikan bahwa tarsius Belitung merupakan satwa terancam punah dan perlu upaya konservasi untuk pelestariannya.
Secara scientificly, penelitian yang dilakukan oleh Tim Bapak DR Indra Yustian dari Unsri lah yang membawa tarsius belitung diakui oleh dunia, karena kalau saya hanyalah penggembira yang mencoba menyambungkan hasil riset dengan kondisi kenyataan yang ada sehingga tujuan besarnya yaitu tarsius menjadi lestari, alam tersenyum lagi dan masyarakat bisa hidup aman damai bersama terjadi.
Salah satu cerita yang menarik adalah kehadiran tim dari National Geographic pada tahun 2013 yang secara khusus datang ketika mendengar bahwa di Belitung terdapat Tarsius yang selama ini mereka hanya tau bahwa itu hanya ada di Sulawesi dan Bohol Filiphina, yang berdasar teori Lempeng Wallacea berada pada satu lempeng yang sama dan Sir Alfred Wallace menyatakan bahwa tidak mungkin ada migrasi satwa dari lempeng Sulawesi ke lempeng Kalimantan, sumatera dan Jawa termasuk Bangka Belitung, karena ada palung yang besar dan dalam.
Secara tim Nat Geo ini baru selesai bikin film di Bali yang berjudul "Wallace" yang berceritakan tentang sungai purba bawah laut yang merupakan bukti mati bahwa dulu wilayah tersebut pernah berada di permukaan dan menjadi bukti lempeng wallace zaman dulu n berseloroh mereka bilang kalau di Belitung ada "Bukti Hidup" yang kemungkinan bisa meruntuhkan teori Wallacea dengan adanya tarsius di belitung, bisa gak laku film kita...hehe...
Namun intinya kehadiran mereka untuk membuktikan sendiri keberadaan tarsius di alam liar, karena pada beberapa kesempatan banyak pihak lain yang juga mempertanyakan keabsahan tarsius belitung, seperti ketika saya mempresentasikan tentang keberadaan tarsius di Belitung baik dihadapan para peneliti dunia di Filiphina maupun waktu pertemuan dengan IUCN di Amerika Serikat.
Namun salah satu simpulan yang disampaikan teman teman Nat Geo bahwa ini adalah salah satu misteri & fenomena baru tentang keberadaan tarsius yang mengindikasikan bahwa ada suatu masa yang jauh lebih tua dari keberadaan era Lempeng Wallacea, dimana bumi masih bersatu dan tarsius sudah hidup di zaman tersebut.
To be continued...
Photo : With Nat Geo tim at that time...explore the beauty of Belitung nature specially the Batu Mentas forest, river n of course tarsier...