top of page

UNDER WATER GRANITE GEO TRACK... Singkapan triassic granite yang tersisa...


Keindahan formasi bebatuan granit yang tersebar di daratan dan lautan..misteri kelahirannya yang masih tersamar dalam berbagai kajian dan singkapan fenomena alam yang menantang kecanggihan teknologi dan otak manusia tuk mengungkapnya...memang layak menghantarkan Belitung sebagai destinasi wisata dunia pun sebagai taman geologinya dunia..

"Batolit" yang dipercaya sebagai sebagai moyangnya granite Belitung yang terbentuk melalui proses intrusi magma dimana magma yang dimasak didalam kamar magma yang berada diantara kerak bumi dan lapisan mantel bumi, karena panasnya serta bentuknya yang cair kemudian tertekan dan berusaha keluar menggapai permukaan dan seiring penurunan suhu iapun mengeras sesuai muasal jenis mineral pembentuknya..

Perbedaan suhu, struktur dan tekanan antara mantel bumi dan kerak bumi yang padat "memaksa Magma membentuk formasi yang unik dan membeku sebelum mencapai permukaaan. Namun karena tekanan magma lainnya yang masih ingin keluar sehingga mendorong batolit yang sudah terbentuk sebelumnya "keluar" dari permukaan bumi, dan karena usapan panas dan hujan membuat pelapukan sehingga membentuk formasi yang beraneka rupa bahkan seakan akan tumpang tindih satu sama lain, padahal mereka keseluruhannya berasal pada satu bentukan yang sama.

Kesatuan batolit ini lebih jelas bisa terlihat ketika kita melakukan penyelaman di beberapa lokasi di Utara Belitung, dimana "timbulan" batu granit yang terlihat dipermukaan laut seperti terpisah namun ketika diselami ternyata membentuk satu kesatuan di tubuh yang sama, mengakar dan mencengkeram erat ke perut bumi.

Dinding granite yang terekspos kerena pelapukan akibat gerusan air hujan yang membentuk celukan celukan, pada beberapa titik bisa kita nikmati sebagai daya tarik penyelaman dan lebih jauh menjadi bahan diskusi dan tak ayal terkadang menimbulkan perdebatan dan tanda tanya apakah batuan ini hadir karena proses pengangkatan ataukah patahan yang menurunkannya kedasar lautan.

Keberadaan "Sidesratra Sidereal" yang menggunung ataupun "Acropora Hyacinthus" yang bisa menjadi meja makan buat belasan orang, yang tumbuh di atas bebatuan granite bukannya diatas pasir sebagaimana umumnya, menjadi bukti nyata betapa 'tua' nya keberadaan batolit itu sendiri. Tak aneh kalau ada yang mengatakan bahwa jutaan tahun yang lalu mereka telah hadir menyusun puzzle indahnya Belitung saat ini.

Belum lagi bongkahan patahan patahan granite yang tertutup dengan sinularia, sarcophyton, capnella, alcyoniidae serta berbagai soft coral lainnya, serta formasi cliff, over hang, atau pun cave bawah laut yang luar biasa, menjadi bukti sejarah luar biasanya alam memberi dan panjangnya rentang waktu tuk mencipta hingga jadi seperti saat ini.

Karenanya kalau saya bilang "serpihan surga ada di belitung" atau "kalau mau melihat surga dunia maka menyelamlah di Belitung" ataupun kalau saya bilang "belum lengkap dikatakan anda penyelam kalau belum menyelam disini, bukanlah omong kosong belaka. Karena walaupun kita tak punya mola ataupun manta, tapi menyelam diantara bebatuan granit dengan semriwing kibasan adrenalin yang tercipta sejak zaman triassic yang akan membawa kita sebentar ke dunia Jurassic dalam versi underwaternya... Itu hanya ada di Belitung..dan itu masih ada.."

*Notes. Video di atas adalah karya penulis sendiri tahun 2013 yang menjadi salah satu bahan "debat asyik" dengan DR. Budi Brahmantyo (almarhum) terkait posisi permukaan laut dulu ada dimana...karena almarhum tidak bisa menyelam sehingga biar gak debat kusir penulis buatkan video sederhana ini... This is tribute for u Sirr....🤗


About Me.

Over 20 years passioned in the environment, community empowerment, conservation, education and economic inclusive. Established NGO-KPLB since 1997, built Batu Mentas Natural Park and conducted in the research and conservation of Tarsius since 2007. Now active also in Perkumpulan Telapak Indonesia as National Coordinator of Community Based Tourism and actively helping communities in various places in Indonesia to develop their potencies become a destination, from strengthening in the grass root till building an international market. Active also in building piloting sustainable best reclamation model in several places affected by the mine.

Awarded Wana Lestari Award 2011 from Ministry of Forestry RI, Coastal Award 2012 from Ministry of Marine Affairs RI, invited as IVLP representative from US Ministry 2014, was awarded Equator Prize Award 2015 from UNDP and International representative speaker at the peak of World Ocean Day 2017 at United Nation Headquarter office in New York.

  • Black Facebook Icon
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon
Never Miss a Post!

Hi, I am Budi Setiawan

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Instagram Icon
  • Grey Twitter Icon

Over 20 years passioned in the environment, community empowerment, conservation, education and economic inclusive. Established NGO-KPLB since 1997, built Batu Mentas Natural Park and conducted in the research and conservation of Tarsius since 2007. Now active also in Perkumpulan Telapak Indonesia as National Coordinator of Community Based Tourism and actively helping communities in various places in Indonesia to develop their potencies become a destination, from strengthening in the grass root till building an international market. Active also in building piloting sustainable best reclamation model in several places affected by the mine.

Awarded Wana Lestari Award 2011 from Ministry of Forestry RI, Coastal Award 2012 from Ministry of Marine Affairs RI, invited as IVLP representative from US Ministry 2014, was awarded Equator Prize Award 2015 from UNDP and International representative speaker at the peak of World Ocean Day 2017 at United Nation Headquarter office in New York and received "Tourism for Tomorrow Award 2019" from World Travel & Tourism Council (WTTC) in Seville, Spain.

bottom of page